Makian Merubah Harapan
Pada malam-malam bisu lontaran kata membunuh gadis pemikir
Mengapa yang membisu mengeluarkan banyak bisa yang menjadi nestapa
Kata yang terucap pada bibir manis yang biasa ku kecup nyatanya tak kalah tajam
Aku memang tak baik, tapi apakah aku tak pernah baik
Amarah seolah menyulut segala kebencian di hati pria itu
Walaupun hari-hari tangis nanti ku hadapi sendiri, akankah aku bisa kembali ke malam kemarin hanya untuk bertanya
Benarkah tiada lagi cinta hingga kau tega memaki kekuranganku didepanku?
Mendengarnya memaki, langit yang biasanya memelukku dalam gelapnya pun ikut sayu, kesedihan perempuan selalu membuat bumi turut lesu
Daun-daun yang biasanya goyah dan jatuh namun tetap kokoh pun hari itu memilih pergi terbawa angin
Bagaimana mungkin, lelaki yang dengan manisnya merenggut jiwa ku, lantas berkata tak akan meninggalkanku, kini memaki karena akan pergi
Pada hari-hari setelah malam kemarin, ia tak hanya membunuh pria yang mencintaiku
Ia juga membunuh perempuan yang dicintainya
Nun jauh disana kulihat bayangan kebahagiaan kami terbang satu-persatu
Masih kusebut bagaimana aku memanggilnya dalam syair-syair patahku
Kepada yang terkasih, kepada yang tersayang, kelak jika kau akhirnya memaknai arti cinta, apapun akhirnya jangan tinggalkan luka sebagai penghakiman perjuangan mereka selama mencintai mu
Jangan membuat orang menyesal karena telah mencintaimu.
Komentar
Posting Komentar