Arsip Halaman - 1
Aku lupa, bahwa seharusnya penulis banyak omong di dalam halamannya saja. Bukan kepada manusia. Tak semua mau menerima lontaran kata yang buruk akibat sakit hati yang kita rasa. Lebih baik memendamnya saja, dan menceritakannya pada bait-bait senandika yang patah ini. Agar yang pernah mengalami pula tau, bahwa mereka tak sendiri. Awalnya, dikhianati seperti pengalaman yang aku doakan jauh-jauh pergi dari masa depanku. Namun sekarang, pengkhianatan melekat dalam diri. Seolah-olah berputar setiap hari di duniaku. Seperti hal yang sudah biasa. Seperti, “memang begitu adanya”.
Aku pernah memiliki pernikahan impian, gaun yang aku kenakan, siapa saja yang akan aku undang untuk datang, makanan apa saja yang dihidangkan, dimana tempatnya, bagaimana suasana nya, selebar apa senyumku, sebahagia apa aku, dan siapa laki-laki itu. Siapakah laki-laki yang bisa mewujudkan mimpi pernikahan ku itu. Dari yang punya impian setinggi langit, hingga tidak lagi sama sekali.
Aku selalu menuntut untuk menjadi nomor satu, karena seumur hidupku, Aku tak pernah jadi nomor satu.
Aku adalah yang paling ceria, mereka selalu menunggu kedatanganku seolah-olah menunggu matahari terbit lagi setelah hujan turun berjam-jam. Matahari itu, sinarnya seolah berada diatasku, menaungi wajah ceria dan teduhku. Senyum manis dan percaya diriku. Rasanya, tak mungkin ada yang bisa mematahkan hati baja gadis periang milik semua orang ini. Mana mungkin ada yang tega mematahkan hatinya?
Sekarang, aku disini, menceritakan tentang sosok gadis ceria itu seperti menceritakan orang lain. Padahal, gadis itu adalah aku. Masih aku. Tetap aku. Aku rindu dengannya. Aku rindu percaya dirinya, rindu leluconnya, rindu suara tawa nya yang khas, rindu gerakan tubuhnya yang lucu, rindu senyumnya yang selalu lebar dan manis, rindu dengan matanya yang selalu berbinar dan cantik. Jika orang lain merasa kehilangan gadis ceria itu, percayalah, aku lebih kehilangan.
Kehilangan diri sendiri karena cinta adalah satu hal yang di anggap paling bodoh oleh semua orang. Termasuk aku, awalnya. Sekarang aku mengerti, mengapa orang memilih sakit karena bunuh diri daripada sakit karena cinta. Rasanya benar-benar mematikan. Lebih seram daripada melihat hantu. Lebih mendebarkan daripada dikejar hewan buas. Lebih mematahkan daripada ditinggal mati seseorang.
Cinta? Apalah itu. Hanya kata karya manusia yang pada akhirnya menjerumuskan jiwa-jiwa hidup jadi mati. Cinta? Apa itu? Sekalinya senang membuat ingin hidup lebih lama. Sekalinya dipatahkan membuat ingin cepat mati.
Komentar
Posting Komentar