Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2025

💔

Dan akupun memilih pergi beranjak sebab terusir oleh insan yang ketika aku membutuhkan, aku harus mengemis pertolongan akan itu Aku terpuruk, rapuh, hancur, berdebu, usang Aku berteriak meminta pertolong namun nihil Tak ada yang mau menolongku seperti aku menolong mereka Aku berlutut, tersungkur Ternyata, aku lah yang paling kesusahan Aku mengorbankan diriku demi menolong orang lain yang tak sudi menolongku Pada patah hati terbesarku, sampaikan lah, kemungkinan besar aku tak akan kembali Walau sudah kau renggut segenap jiwaku Walau aku tak tersisa apa-apa Walau aku hanya tinggal sakit dan pahit Semoga hidupmu lekas membaik Walau sudah tanpa aku Walau harus membuang aku

Papi, Bawa Aku-

Papi, Papi pernahkah memaki wanita yang datang menemui Mas?  Karena menurut orang-orang, harusnya lelaki lah yang datang.  Papi, pernah kah melihat Mami menangis sepanjang jalan seperti perempuan gila hanya karena takut ditinggalkan Papi?  Sebab Aku, gadismu yang kau tinggalkan, melakukannya.  Papi, Aku bodoh Aku begitu mencintai laki-laki yang aku kira akan selalu sesuai dengan harapanku.  Aku kira ketika Aku dan lelaki itu saling mencintai, kami tak akan saling meninggalkan, nyatanya aku salah, Pi. Seseorang bisa semudah itu meninggalkan tanpa berfikir 2 kali hanya karena lelah.  Tapi seperti yang pernah Papi ajarkan, Aku tak pernah meninggalkan siapapun.  Papi, Aku hancur tadi malam. Hancur sekali, orang rumah panik, aku seperti hidup namun tak bernyawa Baru kali ini aku benar-benar mati Tak pernah kau ajarkan bahwa memaknai cinta terlalu dalam membuat kita meninggal di tengah jalan Nyatanya cinta tak selalu menjadi penyelamat kehidupan Cinta juga m...

Arsip Halaman - 1

Aku lupa, bahwa seharusnya penulis banyak omong di dalam halamannya saja. Bukan kepada manusia. Tak semua mau menerima lontaran kata yang buruk akibat sakit hati yang kita rasa. Lebih baik memendamnya saja, dan menceritakannya pada bait-bait senandika yang patah ini. Agar yang pernah mengalami pula tau, bahwa mereka tak sendiri. Awalnya, dikhianati seperti pengalaman yang aku doakan jauh-jauh pergi dari masa depanku. Namun sekarang, pengkhianatan melekat dalam diri. Seolah-olah berputar setiap hari di duniaku. Seperti hal yang sudah biasa. Seperti, “memang begitu adanya”. Aku pernah memiliki pernikahan impian, gaun yang aku kenakan, siapa saja yang akan aku undang untuk datang, makanan apa saja yang dihidangkan, dimana tempatnya, bagaimana suasana nya, selebar apa senyumku, sebahagia apa aku, dan siapa laki-laki itu. Siapakah laki-laki yang bisa mewujudkan mimpi pernikahan ku itu. Dari yang punya impian setinggi langit, hingga tidak lagi sama sekali.  Aku selalu menuntut untuk menj...

Arsip Halaman - 0

Setelah malam itu, tiada lagi fajar, tiada lagi senja bagiku. Setiap hari rasanya kelam dan gelap layaknya malam pengkhianatan itu. Aku tak dapat melihat mana yang benar, mana yang harus dipercaya, mana yang tulus, mana yang cinta. Bagiku, semuanya sama saja. Lantas dari malam itulah aku selalu menyebutkan, bahwa pengkhianatan itu membunuh. Sebab kau tak hanya melukai secara kasat mata. Kau melukai seluruh penghidupan seseorang. Andai semua tau, kala satu insan dikhianati, seluruh semesta turut runtuh. Pencipta selalu pilu jikalau raga yang ia ciptakan dihidupi oleh jiwa yang mati dibunuh malam pengkhianatan. Aku kelam abadi, sejati bersama insan lainnya yang pernah dikhianati. Kalian tak sendiri, aku bersama kalian.

Makian Merubah Harapan

Pada malam-malam bisu lontaran kata membunuh gadis pemikir Mengapa yang membisu mengeluarkan banyak bisa yang menjadi nestapa Kata yang terucap pada bibir manis yang biasa ku kecup nyatanya tak kalah tajam Aku memang tak baik, tapi apakah aku tak pernah baik Amarah seolah menyulut segala kebencian di hati pria itu Walaupun hari-hari tangis nanti ku hadapi sendiri, akankah aku bisa kembali ke malam kemarin hanya untuk bertanya Benarkah tiada lagi cinta hingga kau tega memaki kekuranganku didepanku? Mendengarnya memaki, langit yang biasanya memelukku dalam gelapnya pun ikut sayu, kesedihan perempuan selalu membuat bumi turut lesu Daun-daun yang biasanya goyah dan jatuh namun tetap kokoh pun hari itu memilih pergi terbawa angin  Bagaimana mungkin, lelaki yang dengan manisnya merenggut jiwa ku, lantas berkata tak akan meninggalkanku, kini memaki karena akan pergi Pada hari-hari setelah malam kemarin, ia tak hanya membunuh pria yang mencintaiku Ia juga membunuh perempuan yang dicintainy...