Arsip Halaman - 2

Aku menulis buku ini dikala hubunganku sedang di ujung tanduk. Aku menulisnya dengan berlinang air mata. Bertanya, akankah hubungan yang awalnya begitu indah akan berakhir se-menyakitkan ini? Sungguh, bukan kah, lelaki penyelamat jiwaku itu pernah berkali-kali mengatakan dan berjanji, bahwa ia tak akan meninggalkan ku?

Aku Medina Aprilia Permataputri. Di keluargaku, nama panggilan kesayanganku adalah Nina. Yang jelas tidak ada sangkut pautnya dengan nama panjangku. Aku anak terakhir, tapi bukan berarti aku adalah anak kesayangan. Semakin aku tumbuh dewasa justru semakin aku menyadari bahwa, anak pertama adalah kesayangan semua orang tua. 

Sejak kecil, hidupku tidak dikelilingi dengan hal-hal mewah. Sekalipun Papiku adalah seorang dosen yang mengajar selama puluhan tahun. Papiku adalah seorang yang jenius. Orang paling cerdas yang pernah aku temui dalam hidupku. Melebihi kecerdasan dosen-dosenku sendiri. Sayangnya, seiring berjalannya waktu, melihat Papiku akupun tumbuh menjadi seseorang yang tak menyadari kecerdasanku sendiri. Aku memiliki luka masa kecil sendiri kala melihat bahwa, tak semua orang cerdas akan dihargai. Papiku berada di lingkungan yang salah. Ia akan lebih berhasil jika tak berada di kota ini. 

Papiku meninggal di saat usiaku masih 16 tahun. Tentu begitu menyayat bagi seorang gadis 16 tahun kehilangan ayahnya. Tapi ketahuilah, sudah lama sebelum itu, aku kehilangan peran ayah. Karena umur Papiku yang terlalu tua saat hadirnya aku, sehingga tak ada waktu yang cukup banyak untuk di habiskan bersamamya. Layaknya seorang perempuan kecil dengan bapaknya. Namun, hal ini tak begitu membuat sedih, sebab aku memiliki kakak laki-laki, yang begitu hebat menggantikan peran Papiku. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

-kelam